Garisjabar.com- Suasana haru mendalam menyelimuti Kota Palembang saat ratusan pelayat mengantarkan Tumpal Simaremare Bin Jautar Simaremare salah satu tokoh kunci pergerakan mahasiswa 1998, ke tempat peristirahatan terakhirnya, Senin (22/12/2025).
Almarhum mengembuskan napas terakhir pada Minggu, 21 Desember 2025, pukul 16.50 WIB di Rumah Sakit Pelabuhan, setelah berjuang melawan serangan stroke untuk kedua kalinya.
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi dunia pergerakan dan aktivisme di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan.
Prosesi Pemberangkatan dan Penghormatan Prosesi pelepasan jenazah dimulai sekira pukul 12.00 WIB dari rumah duka di Jalan Ali Gatmir, Lorong Tapak Ning, Kelurahan 10 Ilir.
Sebelum diberangkatkan, jenazah disalatkan dan diberikan penghormatan terakhir oleh keluarga, aktivis lintas generasi, serta tokoh masyarakat yang memadati kediaman almarhum.
Sementara, iring-iringan jenazah menempuh perjalanan sekitar 11 kilometer menuju TPU Kebun Bunga KM 9.
Namun, rute yang dilalui melintasi jantung kota, mulai dari Jalan Ali Gatmir, Jalan Veteran, hingga menyusuri protokol utama Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Kolonel Haji Burlian.
Di sepanjang jalan, masyarakat tampak memberikan simpati dan penghormatan, membuktikan besarnya dedikasi almarhum yang selama hidupnya konsisten menyuarakan aspirasi rakyat kecil.
Sosok Teguh dan Kompas Moral Gerakan dalam sambutannya, Charma Aprianto, perwakilan kerabat sekaligus rekan seperjuangan, mengenang almarhum sebagai pribadi yang tidak pernah goyah dalam prinsip.
”Beliau adalah sosok yang sangat teguh pada prinsip. Hingga akhir hayatnya, fokusnya tidak pernah bergeser dari memikirkan nasib bangsa ini,” ujar Charma dengan nada getir.
Kenangan serupa diungkapkan oleh rekan seperjuangannya, Rudi Pangaribuan dan Kiki. Mereka menyebut Tumpal sebagai pemberani yang selalu berada di garis depan dalam menuntut perubahan demokrasi di Indonesia.
”Kita kehilangan salah satu kompas moral gerakan. Namun, semangat yang ia nyalakan pada tahun ’98 tidak akan pernah padam. Warisan perjuangannya akan terus menyala dan menjadi inspirasi bagi kita semua,” kata dia dalam testimoni di area pemakaman.
Penutup yang emosional
sebagai simbol penghormatan terakhir bagi sang pejuang, prosesi pemakaman ditutup dengan momen emosional.
Seluruh pelayat yang hadir bersama-sama menyanyikan lagu “Darah Juang”, lagu wajib pergerakan mahasiswa, mengiringi tanah yang perlahan menutup peristirahatan terakhir seorang aktivis yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk perubahan dan keadilan sosial.
“Selamat jalan, Tumpal Simaremare. Perjuanganmu abadi,” ucapnya. (Syaiful)

