Garisjabar.com- Kuasa hukum keluarga korban kasus tewasnya seorang guru SDN Pajaten 2 Pangandaran, Asep Muhidin, mendatangi Komisi III DPR RI untuk meminta digelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait penanganan kasus tersebut.
Guru PNS bernama Dindin Rinaldi Choerul Insan (29) asal Garut, diketahui bertugas di Pangandaran dan jasadnya ditemukan di wilayah hukum Polsek Sidareja, Polresta Cilacap, Jawa Tengah, pada Mei 2024.
Asep menyebut pihak kepolisian telah menghentikan penyelidikan dengan alasan korban diduga bunuh diri dengan cara menabrakkan diri ke kereta api.
Namun, keluarga korban menolak kesimpulan tersebut karena dinilai tidak didukung bukti ilmiah yang memadai.
“Polisi menyatakan korban bunuh diri menabrakkan diri ke kereta api, tapi tidak bisa dibuktikan secara Scientific Crime Investigation. Tidak ada satu pun saksi yang melihat kejadian itu,” kata Asep di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/7/2025).
Asep juga mengungkap sejumlah kejanggalan pada kondisi jasad korban yang dinilai tidak sesuai dengan ciri-ciri korban tertabrak kereta.
“Jasad korban utuh, tidak ada yang hancur. Tapi anehnya, leher, pinggang, kaki, dan lutut dalam kondisi patah. Kami menduga korban dimasukkan ke dalam koper sebelum dibuang ke rel,” ujarnya.
Lebih lanjut, Asep memaparkan temuan luka-luka mencurigakan pada tubuh korban, seperti lebam di wajah, telinga robek, luka sayat di tangan, dan lubang aneh di betis kiri tanpa ada kerusakan pada celananya.
Menurut Asep, keluarga sudah berulang kali meminta polisi melakukan autopsi atau ekshumasi (penggalian makam), namun hingga kini belum dikabulkan.
“Kami hanya minta tolong lakukan autopsi. Kenapa polisi tidak mau? Padahal dalam gelar perkara terakhir, semua pihak internal Polresta Cilacap sepakat untuk membentuk tim gabungan dan melakukan ekshumasi,” katanya.
Asep juga menyoroti kejanggalan lain terkait keberadaan darah di rumah kontrakan korban di Pangandaran.
“Sampai sekarang darah itu tidak pernah diidentifikasi. Bahkan anehnya, polisi bisa tahu ada darah malam itu, padahal rumah dalam keadaan gelap dan jaraknya satu jam dari lokasi Polsek Sidareja,” ungkapnya.
Dalam pertemuannya dengan Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, Asep menyatakan telah mendapatkan tanggapan positif.
“Alhamdulillah tadi bertemu Om Dewan Pak Habiburokhman. Beliau menyampaikan surat permohonan kami sudah masuk dan sedang ditelaah. Saat ini Komisi III masih fokus pada revisi KUHAP, tapi insyaallah RDP akan segera dijadwalkan,” ujar Asep.
Ia berharap, melalui Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi III DPR RI, misteri kematian guru tersebut bisa segera terungkap.
“Jika memang terbukti bunuh diri, keluarga akan legowo menerima. Tapi harus dibuktikan secara ilmiah, bukan hanya berdasarkan dugaan,” ucapnya. (Rht)