Garisjabar.com- Tim Pengabdian Masyarakat dari Kelompok Keahlian Oseanografi Lingkungan dan Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) Institut Teknologi Bandung (ITB), mengedukasi para petani ikan air tawar di sekitar Waduk Jatiluhur mengenai pemanfaatan maggot sebagai alternatif bahan pakan ikan, Kamis (28/8/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Inovasi (PPMI) ITB 2025 yang berlangsung di Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRPSDI) Jatiluhur.
Selain BRPSDI, kegiatan ini juga melibatkan Rumah Maggot Pamoyanan Bandung serta Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta.
Para mahasiswa program studi Oseanografi turut serta memberikan demonstrasi pembuatan pakan ikan berbahan dasar maggot.
Salah seorang pemateri, Suliskania Nurfitri dalam paparannya menyampaikan bahwa maggot memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 42-61 persen.
“Angka tersebut sebanding dengan pakan komersial, namun biaya produksinya jauh lebih rendah apabila maggot dapat dibudidayakan secara mandiri,” kata Suliskania Nurfitri.
Sementara, pemateri lainnya Susanna menambahkan perlunya kajian lebih lanjut terkait nilai Feed Conversion Ratio (FCR) pakan maggot.
“FCR yang rendah dapat membantu menekan biaya pakan dan meningkatkan keuntungan bagi pembudidaya ikan air tawar,” ujar Susanna.
Plt Sekretaris Dinas Perikanan dan Peternakan Purwakarta, Fahmi Shiddiqi mengatakan harapannya agar kegiatan ini menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesejahteraan petani ikan, khususnya di kawasan Waduk Jatiluhur.
Untuk diketahui, maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF) dikenal memiliki kandungan protein tinggi, lemak sehat, serta sifat antimikroba dan antijamur yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan ketahanan ikan.
Selain kaya nutrisi, budidaya maggot juga ramah lingkungan karena mampu mengurangi timbulan sampah organik rumah tangga.
Selain itu, dengan pemanfaatan maggot, petani ikan berpeluang mengurangi ketergantungan pada pakan komersial, menekan biaya produksi, sekaligus memperoleh solusi berkelanjutan dalam pengelolaan limbah organik.
Tim ITB berharap program ini dapat direplikasi di berbagai daerah, sehingga manfaat ekonomi, lingkungan, dan kesehatan ikan dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat. (Dni)