Garisjabar.com- Pengamat Kebijakan Publik Purwakarta, Agus Yasin mengaku menerima banyak laporan anak putus sekolah imbas tidak lolos Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan biaya mahal.
Kata Agus Yasin, saat ini banyak orangtua meributkan persoalan anak-anak mereka yang tidak lolos dan tidak mendapat kursi di sekolah negeri.
Namun, gara-gara tidak berhasil seleksi PPDB, mereka terpaksa menyekolahkan anak-anaknya ke swasta.
“Ada laporan dari masyarakat gara-gara tidak lolos PPDB mereka jadi putus sekolah,” kata Agus Yasin. Senin (14/7/2025).
Agus Yasin menyampaikan, salah satu contoh pada hari Kamis (10/7/2025) ada beberapa orangtua siswa menyampaikan kekecewaan terhadap hasil Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2025, khususnya pada jalur (PAPS) di SMAN 1 Purwakarta.
PAPS singkatan dari Pencegahan Anak Putus Sekolah, merupakan salah satu jalur afirmasi dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) Jawa Barat 2025.
“Padahal Pasal 34 Undang-Undang Sisdiknas, Pasal 31 Undang-Undang Dasar1945 itu jelas bahwa semua anak Indonesia punya hak yang sama untuk mendapatkan akses layanan pendidikan,” ujar Agus.
Selain itu, PAPS dirancang untuk memastikan anak-anak dari keluarga kurang mampu atau rentan tetap memiliki akses pendidikan di tingkat SD, SMP, SMA, SMK, maupun SLB
PAPS diintegrasikan sebagai salah satu jalur seleksi di samping jalur domisili, prestasi, dan mutasi. Melalui integrasi ini, siswa yang secara ekonomi atau sosial rentan tetap memiliki kesempatan untuk diterima di sekolah negeri.
Agus Yasin pun menyampaikan kepada masyarakat supaya mereka sadar tentang haknya sehingga jangan lagi ada PPDB sistem kompetisi karena mereka punya hak yang sama.
Selain itu, permasalahan dalam PPDB juga meliputi manipulasi dokumen, kesalahan prosedur, hingga diskriminasi terhadap siswa.
Sementara, orangtua siswa yang tak jauh dari sekolah meminta keterbukaan dalam proses penerimaan siswa baru karena merasa ada kejanggalan.
“Diduga penerimaan siswa baru itu dikuasai oleh Kepsek dan operator. Sementara, Ketua Panitia PPDB serta guru tak pernah dilibatkan untuk penerimaan siswa baru,” ucap Agus Yasin.

