Kapabilitas Inovasi Purwakarta Masih Rendah, Perlu Perbaikan Sistemik

oleh -111 Dilihat

Garisjabar.com- Penyusunan Indeks Daya Saing Daerah dapat mendorong daerah melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah untuk terus meningkatkan ekosistem inovasi.

Kapabilitas Inovasi adalah salah satu pilar utama dalam Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) di Purwakarta.

Menurut Pengamat Kebijakan Publik, Agus Yasin, sejauh mana suatu daerah memiliki kemampuan juga menghasilkan, menyerap, dan mengembangkan inovasi dalam mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan dan kompetitif.

Selain itu, kapabilitas Inovasi penting bagi daya saing daerah, karena bisa menciptakan nilai tambah ekonomi lokal.

Lanjut Agus, untuk meningkatkan efisiensi pelayanan publik, membuka lapangan kerja baru berbasis kreativitas, mengurangi ketergantungan pada sektor tradisional. Dan juga menarik investasi, khususnya di sektor teknologi dan kreatif.

Agus Yasin menyampaikan, kapabilitas Inovasi adalah cerminan sejauh mana suatu daerah siap menghadapi masa depan. Daerah dengan kapabilitas inovasi rendah akan sulit bersaing, sementara daerah yang membangun ekosistem inovasi akan tumbuh lebih cepat, adaptif, dan berdaya tahan tinggi.

Kapasitas Inovasi Purwakarta berada peringkat keempat terbawah se Jawa Barat

Berdasarkan hasil IDSD BRIN terbaru, yang dirilis per tanggal 11 Maret 2025. Kapabilitas Inovasi Purwakarta tergolong rendah, karena lemahnya aktivitas riset dan minimnya pendaftaran hak kekayaan intelektual (HKI).

Selain itu, belum terbentuknya klaster inovasi, rendahnya anggaran daerah untuk inovasi, serta kurangnya sinergi antar pemangku kepentingan pemerintah, akademisi, industri.

Kata Agus Yasin, hal lain, kemungkinannya disebabkan oleh sejumlah faktor struktural dan kelembagaan yang melemahkan kemampuan daerah. Dalam menghasilkan, menyerap, dan mengembangkan inovasi secara berkelanjutan.

“Perlu diingat, berdasarkan data yang terungkap dengan peringkat seperti itu. Maka, untuk mengatasinya perlu perbaikan sistemik,” kata Agus. Senin (7/7/2025).

Mengapa perlu perbaikan sistemik ?

Pertama, masalahnya bukan sekedar teknologi. Inovasi tidak akan tumbuh hanya dengan pelatihan atau alat, tetapi dengan sistem yang mendukung keberlanjutan.

Kedua, masih terjadi kesenjangan sinergi. Pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan belum terhubung dalam satu arah inovasi bersama (triple helix tidak berjalan optimal).

Ketiga, tidak ada “roadmap” atau kebijakan inovasi jangka panjang. Artinya, tanpa arah kebijakan yang jelas, dan inovasi hanya bersifat seremonial serta tidak berdampak ke ekonomi lokal.

Menurutnya, konkretnya, kapabilitas inovasi adalah jantung dari daya saing jangka panjang. Purwakarta butuh eksploitasi secara baik dan inovatif, bukan hanya mempertontonkan proyek kreatif. (Rsd)