PURWAKARTA, garisjabar.com- Soal toleransi, umat Islam telah mendeklarasikannya sejak ribuan tahun lalu melalui Piagam Madinah yang digagas Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.
Namun hingga saat ini, piagam yang juga disebut Shahifatul Madinah itu masih relevan dan dapat menepis pernyataan sebagian pihak yang menganggap bahwa Islam itu agama yang intoleran.
Ketua STIE Muttaqien Purwakarta, Dr. Suherman Saleh mengatakan, dalam Penghantar FOMPA Talkshow Toleransi (FOSI) yang digelar Forum OSIS MPK Purwakarta (FOMPA) Kabupaten Purwakarta, di Bale Sawala Yudhistira, Komplek Pemkab Purwakarta, Sabtu (29/7/2023).
Sementara dalam talkshow tersebut, Ketua Umum Asosiasi Konsultan Pajak Publik Indonesia (AKP2I) yang kerap disapa Uda Herman itu juga berkisah; saat Nabi Muhammad SAW dan umat Islam tiba di Madinah, di wilayah itu sudah tinggal beberapa golongan. Yakni diantaranya dari muslimin terdiri dari Muhajirin dan Anshar, ada juga kaum Aus dan Khazraj serta kaum Pagan dan orang-orang Yahudi.
“Untuk menghentikan potensi konflik, di kota yang sebelumnya dikenal sebagai Yatsrib. Nabi Muhammad SAW dan sejumlah sahabat membuat sebuah dokumen perjanjian tertulis. Dalam dokumen yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah itu ditetapkan sejumlah hak dan kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas lainnya di Madinah. Sejumlah referensi menyebutkan piagam dibuat sekitar tahun 622 Masehi,”ujar Uda Herman.
Menurutnya, piagam yang telah berusia lebih dari 1.400 tahun itu, menjadi tonggak bahwa ajaran toleransi muncul dan mulai diperkenalkan oleh Islam melalui Nabi Muhammad SAW. Inti dari piagam tersebut adalah, bahwa sesama manusia walaupun berbeda agama harus damai, saling melindungi, dan apabila datang gangguan terhadap seluruh warga Madinah, apapun agamanya wajib membela Madinah.
“Dalam konteks keindonesian, piagam tersebut oleh KH. Hasyim Asyari dideklarasikan sebagai; menjaga atau mempertahankan kemerdekaan adalah bagian dari iman. Artinya, Islam telah sejak lama mengajarkan tentang toleransi. Dan ini sangat penting untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Terutama untuk para generasi muda, sebagai calon-calon pemimpin negeri, hal ini harus dipahami dengan benar,” kata Uda Herman.
Sementara, Kabid Kepemudaan pada Disporaparbud Kabupaten Purwakarta, Ahmad Arif Imamulhaq dalam keterangannya menyampaikan, talkshow ini luar biasa, karena dapat menghadirkan tokoh agama-agama yang ada di Kabupaten Purwakarta.
Menurutnya, pandangan dan ajaran toleransi ini harus terus disebarluaskan kepada setiap generasi agar kebhinekaan bangsa terpelihara dengan baik selama-lamanya.
“Kesadaran untuk saling menghargai dan menghormati menjadi sikap yang wajib diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan itu, tidak mungkin hanya sebatas diskusi tanpa aksi yang konkrit. Toleransi juga mesti didukung dengan pendidikan yang memadai dengan penguatan literasi dan narasi,”ucap Arif.
Selain dihadiri sejumlah pemateri dan perwakilan Forkopimda, talkshow tesebut juga dihadiri ratusan pelajar yang berasal dari puluhan SMA, SMK dan MA Negeri dan Swasta di wilayah Kabupaten Purwakarta. (Rsd)